Al Mukhtar (Ied Mubarak)

Assalamu alaikum, sahabat Al Mukhtar semua!

Aku Naqieb, dari sini aku akan berbagi cerita tentang kegiatan Al Mukhtar di bulan syawwal. Cerita yang menarik untuk disimak juga insya Allah.


tanggal 4 syawwal.

tepatnya hari senin pagi itu adalah hari yang sangat cerah yang megugah gairah dan semangat. setelah bersiap-siap, dengan bismillah aku keluar rumah dan melangkah dengan pasti melewati rumah-rumah yang kelihatannya sepi. kecuali, aku bertemu seorang gadis kecil yang sedang bermain, seorang adik teman Al Mukhtar juga, dan menyapanya.

"dek, ada abang Ridho?", tanyaku padanya.

"ada", jawabnya sambil melanjutkan bermain lagi.

pertama-tama aku bejalan lagi dan betemu kedua orang tua Ridho.

"Assalamu alaikum, ada ridho, bu".

"ada, panggillah", lalu aku memanggilnya, "masuk saja", kata ibu Ridho.

Aku masuk ke dalam dan ku dapati Ridho yang sedang menggeliat di kasurnya.

"waduh, maaf ini, jadi mengganggu tidurnya".

"tidak papa do bang, ada apa bang?"

"jalan-jalan, yuk!"

"ayok lah, aku juga mau daripada tidur saja".

setelah berpamitan dengan kedua orang tua Ridho aku dan Ridho melanjutkan perjalanan kami.

"kemana bang?"

"ke rumah-rumah orang-orang itu lah! ke rumah Sidqi kita dulu. aku sudah bilang mau datang kemarin"

di perjalanan, tepatnya di depan rumah sidqi kami melihatnya sedang baru selesai menyapu halaman rumahnya. masya Allah! ternyata tidak hanya aku yang mencari berkah di pagi yang cerah ini. lalu sidqi pun masuk ke rumahnya.

"ayok, kita samperin, do!"

ridho temenku ini dia sangat menyenangkan. bukannya, mengetuk pintu depan, malah dia menunggu sidqi keluar lagi dari pintu samping.

"masya Allah, rajin sekali!", katanya kepada sidqi.

"faddhol, faddhol!", sambut sidqi, dan kamipun dipersilahkan masuk ke rumahnya.

tajuk obrolan hari itu adalah memperkuat ukhuwwah diantara para alumni. terus terang saja, dulu sebelum ada yang namanya AL Mukhtar yang memintaku untuk membentuk sebuah perkumpulan ini adalah dari saran teman ku sidqi ini. saat itu dia sedang di negara saudi menimba ilmu di kota nabi. banyak sekali yang dia dapat di sana dan salah satu yang dia share ke kami adalah cerita tentang perkumpulan orang riau di madinah. perkumpulan mereka simple-simple saja tidak pakai emble-emble apapun. yang penting ngumpul, makan, dan yang tidak kalah penting dari mempererat ukhuwwah di dalamnya adalah saling memberi nasehat antar sesama.

humm, penuh gairah dan semangat sekali detik demi detik yang kami lalui bertiga sampai-sampai tidak terasa kami sudah mengobrol lebih dari satu jam. dan, aku, ridho, kami berdua pun berpamitan dan melanjutkan perjalanan.

"ke rumah rizqi kita! jalan ga papa ya, do. hehe sori do jadi ga mandi dulu"

"ga papa bang ini sehat insya Allah".

"haha, sekali-sekali boleh lah".



kami pun berjalan sebentar sampai tiba di rumah teman kita, Rizqi Aulia. teman sekelasku yang tamatan Al Irsyad tengaran. yang tahu jalan ke rumahnya itu Ridho. inilah keberuntungan pertama membawa ridho ke rumah rizqi.

"assalamu alaikum... rizqi!", teriak ku dari luar pagar rumahnya.

"haha, serasa waktu kecil saja, rizqi!", ridho lanjut teriak, "rizqi!"

"qi...! assalamu alaikum", tak lama setelah itu ibunya keluar.

"siapa?", tanya ibunya.

"Naqieb, bu", ibunya pun pergi ke kamar rizqi membangunkan rizqi.

"qi, naqib datang", kata ibunya dengan lembut yang membangunkan rizqi.

beberapa saat kemudian, kami pun di persilahkan masuk. rizqi kacau sekali, sepertinya.

"duh, sori ki. ganggu tidurnya", setelah bercerita, rizqi ternyata baru pulang dari perawang berama keluarganya. dan malam itu memang tidak bisa tidur juga.

lalu, kami pun mengobrol macam-macam. dan termasuk rencana kami hari ini untuk pergi jalan-jalan.

"jalan kaki ke sini?", tanya rizqi penuh minat.

"iya, haha sama ridho, ayo qi ikut!"

"ga, ana di rumah saja"

"oh , iya lah istirahat, qi".

"ini, sudah mau jalan lagi?"

"ya"

"tunggu sebentar", rizqi lalu bangun dari kursinya dan bergegas.

kami berdua di ruang tamu itu menunggu rizqi. hanya saja, auranya berbeda. jujur saja, waktu itu aku mengira bakal dikasih THR. dan memang, kami berdua duduknya agak menunduk kan kepala malu-malu. eh, tak lama setelah itu ayah rizqi datang. ga salah lagi, ini.

"qib, ini!", ayah rizqi menyodorkan tangannya yang kemudian disambut olehku dengan penuh gembira.

karena begitu antusiasnya, aku sangat terkejut dengan gantungan kunci motor dan STNK nya, "pakailah jalan-jalan, itu motornya sudah di luar".

haha, serempak kami berdua bangun dari kursi, senang sekali.

"masya Allah, mantap ini!", hanya itu ucapan apresiasi yang bisa ku keluarkan. hebat sekali!

"terima kasih banyak, pak!", kami berdua pun berpamitan sama keluarga rizqi semua dan bergegas ke stage selanjutnya. ada kejutan apa lagi yang menanti.

"memang kalau sudah niat itu jalan pun dimudahkan", kata ridho.

"haha, niat sudah terbaca sejak awal ini namanya, do. mantap!", kataku dengan penuh semangat di atas motor yang gasnya masya Allah mantap, "mandi dulu kita, do, sepuluh menit!"



lalu, satu jam kemudian.... ya, satu jam kemudian...

sebelum aku pulang ke rumah ku. aku mampir sebentar ke rumah tetanggaku. ainul hamra. dan di sana lah satujam pun ku habiskan tanpa terasa. di rumahnya aku dijamu oleh ayahnya yang kami berdua memang sudah akrab sekali sejak aku minta nasehat ke beliau pertama-tama di hari liburku di pekanbaru. dan pastinya tajuk obrolan kami di kunjunganku hari itu adalah bagaimana supaya orang percaya dengan kita sampai tahap kita bisa memerintah bos kita sendiri. dan, beberapa pelajaran tentang manajemen membuat janji suatu acara dan menentukan waktunya. pelajaran-pelajaran berharga dari orang tua yang berpengalaman yang hebat. masya Allah luar biasa sekali. aku sebagai ketua Al Mukhtar tentu semangat sekali dan terlarut sekali kalau tidak ku stop dengan pertanyaan, "dimana Ain, Pak?".

aku menelfon muawiah, salah satu teman sekelasku juga di kampus, dan bilang kami akan datang berkunjung ke rumahnya.

semua persiapan telah siap. aku, ridho yang sedikit kesal karena telah menunggu terlalu lama lebih dari sepuluh menit (maaf ya, kikikikik), dan ain, dengan motor rizqi yang ku bawa ridho di atasnya, dan ain yang bawa sendiri. rencananya kita akan bawa muawiyah lagi dengan motor jadi jumlah motor menjadi pas untuk berempat.

bismillah.

tanpa terasa kami sudah sampai di rumah muawiyah. disambut oleh ayahnya yang kemudian mengantarkan kami ke depan rumahnya.

"assalamu alaikum, pak, apa kabar?"

"alhamdulilla, naqib, muawiyah ada di dalam, masuklah! terus masuk saja ke gang, rumah kami di belakang rumah ini", hehe kami pun masuk dan mengetuk pintu rumah. muawiyah keluar menyambut kami. dan kami pun berpelukan.

"taqobbalalloohu minna wa minkum, (kecup kanan, kecup kiri)"

"taqobbalalloohu minna wa minkum"

"taqobbalalloohu minna wa minkum"

"tafaddholu", muawiyah mempersilahkan kami bertiga masuk. 

pertama-tama, kami bercerita tentang bagaimana awal pagi yang kami lewati sampai bisa ke tempat muawiyah. dan tanpa terasa azan zhuhur berkumandang.

kami ber empat sholat di masjid terdekat di imami oleh ayah muawiyah yang ternyata imam di sana. luar biasa para jemaahnya. di musim berlebaran ini pun mesjid ini ramai juga. sungguh luar biasa!

selepas itu, kami berempat pulang dan di suguhi rujak yang ladziz. ditambah rempeyek yang langsung ludes oleh perut kami yang lapar. dan rambutan yang langsung dipetik oleh ayah muawiyah dan ibunya. luar biasa sekali.

di Jakarta aku hanya bisa tertegun menatap pohon rambutan yang berbuah elok menggantung. kini buah itu di jatuhkan bagaikan hujan. subhanallooh!

setelah tertawa-tawa sambil bercerita kami pun berangkat ke kediaman mahfuz.

"fuzh, hari ini kami ke rumah mu, ya? kasih tahu jalannya!"

"ya, nanti kalau sudah lihat indomaret tunggu saja. nanti aku jemput"

"oke"

dari sabang sampai marauke pun kami terjang. luar biasa motor yang kami pakai dengan gagah ini.

"bagaimana, muaw, motornya?"

"weisss...", tak bisa diungkapkan.

"motor rizqi, ini", jazaahulloohu khairan. kehadiran rizqi senatiasa kami rasakan melalui suara erangan motor ini. brrrrummmm.....!

sesampai di rumah mahfuz. kami pun berpelukan melepaskan rindu yang tak tertahankan. jujur ini adalah hari pertama kami sejak berpisah di Jakarta bertemu kembali. sungguh mengharukan momen itu.

kami pun dipersilahkan masuk. dan oh ternyata di rumahnya sedang ada tamu. luar biasa! rumah penuh berkah!

kami pun duduk dan dipersilahkan menyantap segala kue-kue cemilan yang menemani kami sambil mengobrol. banyak pengalaman mahfuz yang diceritakan. sehingga kami pun terbuai dalam kerinduan untuk pergi ke tanah suci. luar biasa. ya Allah! subhanallooh!

satu jam terlewati. dua jam. tanpa henti kami terus mengobrol. tertawa. dan bergembira. di sela-sela itu mahfuzh berkata, "tunggu sebentar, ya", kata-kata yang tidak asing itu keluar lagi. mungkinkah?

mungkin kah ini? THR? karena husnuzzon yang berat itu, kami pun diberi masing masing satu botol minyak wangi keluaran tanah suci. luar biasa. pahala yang disemprotkan wewangian ini semoga mengalir untuk teman ku mahfuzh. amin.

luar biasa sekali.

"ke mana sekarang kita?", kata salah satu kami berlima.

"aku ingat om sholeh ingin dikunjungi oleh anak-anak muda seperti kalian", kataku, "yok, kita ke sana saja".

hari sudah menunjukkan pukul 03:00 sore. kami pun berangkat dari ujung marauke itu menuju pinggiran kota sabang. luar biasa perjalanan kami yang diiringi oleh angin sore yang lembut. subhanallooh. benar-benar hari yang indah!

sesampai di kediaman om sholeh, karena hari sudah mau ashar kami langsung ke masjid dekat situ saja. waktu ashar pun masuk. lalu penjaga masjid yang ketemu dengan kami mempersilahkan ku untuk azan. lalu shalatpun di imami oleh om shaleh yang sudah menjadi imam tetap di sana. subhanallooh.

seusai shalat. kami berkumpul di area tengah saff laki-laki. berpamitan dengan pengurus masjid dan diajak ke rumah om shaleh. berkumpul. mengobrol. tertawa. bergurau. melepas segala kerinduan.

kami banyak belajar tentang kehidupan dari beliau. ya. itu adalah bagaimana kita selalu menyandangkan iman di hati kita lisan kita dan seluruh anggota badan kita. luar biasa.

sore itu, matahari masih tidak jemu-jemunya menyinari. kami pun berpamitan dan aku mengantar muawiyah pulang.

sesampai di rumah. aku pun bersiap menghadapi hari esok yang lebih luar biasa lagi.

nantikan ya!
_______________________________________________

PENULIS: Muhammad Naqiebullah Akbar
                 (MahaSiswa LIPIA Jakarta Semester 5 Syariah)

Posting Komentar

 
Top